Hari ini kau datang
lagi
Menikmati kebencian diri sendiri bersama segelas kopi
pahit hitam senyuman dendeng pencarian bakti
di campur gula sentilan suara pembaktian juragan sepi
Lihat ujung mata meja merdeka duka
lantas keringat mati kepedulian peri cakrawala
bermain kata dalam bancah perkerti kuala
pantas senja menerawang sumpah jua
Inikah cerita kita senja ?
merangkai jerami anak pejalan malam pula
tak pantas itu kita buka pula
Satu cangkir lagi kita bersuara
habiskan suka
biar pahit selalu terasa di kerongkongan tua
Satu cangkir lagi kita bersuara
habis suka
biar manis selalu terasa hamba sapa
Lekas segalanya kita teguk
sebelum gelas pencinta kehabisan canda
P :06042012
Senyuman dermawan jingga sore bermain dupa
membuka lembar demi lembar kitab purba
membaca awal keringat mengalir suaka
di sana hati mengalir merasa
Tentram membumbung bersama segalas kopi
menemani sebatang rasa pada laki
hembusan demi hembusan bermain cerita
cerita pada notanota aksara penat dara
Sore muda
sore dansa
sore menemani tiap inci datang senja
Pekanbaru;09Pasar02Lima2012
Diam kau dalam sangka cahaya
menikmati percikan dunia aksara
terompah kaupun menganga
mengikuti kerikil puti senja
kau aku berdansa tuba
Kau selalu suka
di saat darah mengalir rupa
tak peduli noda merah menggoda
mari kita lanjutkan menuai asa
kau terus tertawa dalam waktu buta
Kau aku menjelaga juga
di atas trotoar rupa
menyanyikan lagu canda
menghibur hati dalam auman pujangga
23022012
Ujud mu membuatku merasakan getaran hati
tak terkira belaian kasih membalutku dalam kepercayaan
sedikit demi sedikit ku mulai percaya
tapi nyanyianmu meragu
apa itu arti harapan itu ?. Pelaminan itu membuat dungu
Hari itu kian datang tak peduli itu ragu
jabat tangan ini
biar tak merasa hampa siasia keraguan
aku tau setiap derap langkah terganggu
begitukah kepercayaan itu merayumu
tidak.
aku tak bisa merayumu untuk kepercayaan itu
hanya hatimu
ya..
hanya hatimu yang selalu memberiku kesucian
jangan ragu
jangan dungu
aku masih dalam ruang itu
ruang harapan penuh kepercayaan.
Mari kita desahkan nafas penantian ini
menghembuskan setiap panjipanji rasa
lihat dan lihat rinai hujan sore untukmu suci
disitu aliran kereasi cerita aliran air mencari genangan lara
Sekian kali aku dan kamu merenda rinai hujan
ditempat para pujangga bersuka ria
menggoresan tinta suarasuara hati kuncup bunga pasundan
Aku dan kau pun membuka asmara
menghiasi dinding rindu hiasan sukma
Matamu kini bermain diatas pulam jingga
menelanku jauh ke lubuk paling indah
aku terbuai semua itu
aku diam kaku
menikmati matamu melumat wajahku.
Semerbak harum dunia penuh noda
memberi arti hidup penuh rasa
tetesan keringat mengalir tanpa sesal
Bundo Kanduang tetap tersenyum penuh asal
Jalan terus mengalir tanpa seorang pemimpin
tetap merasakan ada pemimpin di rumah gadang
tak peduli segala cerita mengoyak hati peraduan
anak jadi tanggung jawab pada titipan tenang
Bundo Kanduang tetap mendidik pemberian
Langkah tak pernah berhenti di duri kejam
berjalan tak pernah lupa kewajiban malam
menyanyikan nyanyian kasih sayang
membelai sinar kehidupan anak semata wayang
Bundo Kanduang selalu tenang dalam angan
Tetesan air mata kadang menyapa naluri batin
menatap mata kadang penuh perlawanan
tak peduli itu rayuan batin merusak tepian
kasih tak hilang dalam pekat malam tak bertuan
Bundo Kanduang tak lelah di makan perlawanan
Bundo kanduang...
Kini semuanya terasa di batin ini
begitu besar lautan yang dihadapi
perahu kasih sayang tak pernah tenggelam
dayung mu makin kokoh untuk ngeri seberang
menghantar anakmu yang kadang menentang
Bundo kanduang
Jelamaan tangan kasih Sang Maha Kuasa
sedikit pun tak pernah mengeluh asa
kian hari kian tentram di pelukanmu
##
Rumah Gadang semarak karenamu
Sawah lumbung padi dijaga dengan adilmu
Rumah Gadang semarak karenamu
Pituah pelita hati tiap anakmu
Rumah Gadang semarak karenamu
bimbingan pelindung jiwa anakmu.
Rumah gadang semarak karenamu
Kasihmu tak terbilang emas.
Surga mengalir dibawah telak kakimu.
Salam hormatku dibawah telapak kakimu
aku mengucapkan
"Selamat Hari Ibu"
Tanah merah membentang tiap inci mata
membaring kasih sayang tak terlupa
batu nisan bernama pancaran kasih
Aku mengambang disaat lautan garang menghantam
Angin ribut menghantam tiap nafas tak bungkam
disaat itu nyawa bergejolak menjadi taruhan tak diam
Tangisan mengumandang pada tetesan senyum menawan
Diam.
Tenang.
Kebahagian menghilangkan sakit dihantam kelahiran
**
2103
Aku mulai mengenal kasihmu
membawaku setiap pelukanmu
membimbingku pada arti hidupmu
Malam tak sedikit pun dirimu leleh di tangisanku
membiarkan aku menghisap tenagamu
kesabaranmu sungguh aku tak bisa membalasmu
Beranjak aku mulai terpengaruh ingin tahuan
banyak kenakalan ku buat tiap kasihmu
tak pernah sedikit pun ku rasakan amarahmu
tetap kasih sentiasa dari katakatamu.
2103
Terakhir itu memanggil namamu
diatas perpisahan mulai menjemputmu
Aku hanya bisa diam tak mengerti
diam beribu umpatan pada diriku sendiri
Di pangkuanku semuanya berpisah
Kasihmu
Sayangmu
Pituahmu
dari tubuh kasatmu diam luluh.
Rinai air mataku begitu durhaka membasahi tubuhmu
inikah balasan ku selama ini padamu?.
Aku anak durhaka.
Anak yang tak bisa membalas kasih sayangmu.
Terngiang setiap iringan hidupku
2103
Aku menangis di pangkuanmu
2103
Aku menangis memangkumu
**
Di tanah merah ini
Di batu nisan ini
Aku meminta ampun padamu
Di tanah merah ini
Di batu nisan ini
Aku berdoa untukmu
Kasih sayangmu tak akan mati
Kasih sayangmu akan selalu ku ingat
disetiap doaku.
Ya.
disetiap nafasku
Wajahwajah manis titisan angan
melayang dibenak tulisan
membuat serpihan rindu
menusuk kejantung dungu
Kau gadisku
diam tenang di pelupuk mata
Kau gadisku
bernyanyi penuh rayuan
Kau gadisku
dekat bersamaku
jauh jasadmu
Matamata bening hisan purnama
menari bersama bintang penuh cahaya
di bawahmu aku menatap indah
memujimu dalam hati gundah
Kau mataku
tempat aku melihat kehidupan
Kau mataku
tempat aku merasakan hangat air matamu
Kau mataku
Tempat keluh kesahku bercerita padamu
Gadisku
Zaman ini zaman kebebasan
disetiap pembuangan sampah ada orok
Mataku
Zaman ini zaman mata palsu
disetiap tatapan penuh nafsu
Kau gadisku
Kau mataku
Jangan sentuh wajahku ! Aku terlalu berdosa ingin menyentuhmu.
Jangan tatap mataku ! Aku takut nafsu birahi ku bermain di matamu.
Di sudut kerinduan yang tenang
ku serahkan segala apa yang ada dihati
biar tau apa arti wajah dan tatapanmu.