Tanah merah membentang tiap inci mata
membaring kasih sayang tak terlupa
batu nisan bernama pancaran kasih
Aku mengambang disaat lautan garang menghantam
Angin ribut menghantam tiap nafas tak bungkam
disaat itu nyawa bergejolak menjadi taruhan tak diam
Tangisan mengumandang pada tetesan senyum menawan
Diam.
Tenang.
Kebahagian menghilangkan sakit dihantam kelahiran
**
2103
Aku mulai mengenal kasihmu
membawaku setiap pelukanmu
membimbingku pada arti hidupmu
Malam tak sedikit pun dirimu leleh di tangisanku
membiarkan aku menghisap tenagamu
kesabaranmu sungguh aku tak bisa membalasmu
Beranjak aku mulai terpengaruh ingin tahuan
banyak kenakalan ku buat tiap kasihmu
tak pernah sedikit pun ku rasakan amarahmu
tetap kasih sentiasa dari katakatamu.
2103
Terakhir itu memanggil namamu
diatas perpisahan mulai menjemputmu
Aku hanya bisa diam tak mengerti
diam beribu umpatan pada diriku sendiri
Di pangkuanku semuanya berpisah
Kasihmu
Sayangmu
Pituahmu
dari tubuh kasatmu diam luluh.
Rinai air mataku begitu durhaka membasahi tubuhmu
inikah balasan ku selama ini padamu?.
Aku anak durhaka.
Anak yang tak bisa membalas kasih sayangmu.
Terngiang setiap iringan hidupku
2103
Aku menangis di pangkuanmu
2103
Aku menangis memangkumu
**
Di tanah merah ini
Di batu nisan ini
Aku meminta ampun padamu
Di tanah merah ini
Di batu nisan ini
Aku berdoa untukmu
Kasih sayangmu tak akan mati
Kasih sayangmu akan selalu ku ingat
disetiap doaku.
Ya.
disetiap nafasku
0 komentar