Tangis mengalir tenang ujung hutan
berserak keraguan buluh bambu
terpikirkan tentang norma ragu
mati rasa kelabu jingga ungu
kian dirasa detang jantung melemah
datang dan pergi pelangi kata
bercumbu keindahan debu pepohonan mati
begitu burung memberi kabar pada alangalang
Hitam bening aliran bertuba
bangkai berpesta lalat menggema
tak ada tarian warna sisik dalam telaga
begitu ikan memberi kabar pada tepian kali
Kering retak ujung kehausan insan
menggeliat tubuh kaku diam
vital merintih humus hambar keras
tiap menancap beton ujung kering
mati tak berlendir tubuh kering
begitu cacing memberi kabar pada tanah seberang.
Mata kaku tancap tanah pusaka
tertawa puas kakikaki baru
terbuang jauh badan asli kenangan lama
tarian murni kaku sendiri di ranjang usang
lingkaran malam hening tak bermanfaat
tarian asing tiap ujung mata mengiurkan
lama dan lama semua hilang tak berbekas
begitu tarian memberi kabar pada lengaklengok alam
//
Raja tinggal rintihan tahta
Penghulu tak tenang bahasa ibu tersingkir
Kian kelam dan mati
alam murka tangisan tawa
sumpah serapah bersenda gurau nyawa
mayat cacing engan makan
terasa itu perusak lukaluka serakah
Mengalir air hancur duka rumah desa
sawah mati kuning tak ber-beras
tinggal kelaparan tiap isi perut
tani tangis tiap dalam gubuk
tawa serakah gedunggedung megah
0 komentar