Asa Indah menari-nari dibenak
khayal bagai diam kecil dalam langkah waktu
janji tak pasti akan kesolehanya
bak embun di taman harap.
Ketika cahaya mata membuktikan
cinta bertahta muliya
angan berterbangan
rindu merajut sukma.
Bila yakin telah dihati
jangankan gonggongan
angin ribut pun tak mampu mengusir
kecuali Tuhan berkehendak
gigih hati tiada berati.
Terasa sunyi.
Ketakutan menegakan sibulu roma.
Tak ada suara.
Tak ada sinar.
Tak ada kehidupan.
Hanya detak-detak harap berdenyut.
Ukiran rindu terpahat
didinding yang menangis.
Mana?
Dimana kehidupan?
Kini musnah sudah
tinggal puing-puing kerinduan
yang tenggelam di air mata.
Ya...
Hatiku mati.
Tinggal sunyi.
Kini asaku tahu mimpi.
karna harap adalah kecewa.
Tuhan...
Lihat kekosongan ini.
Dengan jeritan terkikis ini.
Terpakurku diatas bumi Mu
beri kehidupan dihati lagi.
Surya menjilat
menyentuh kulit kumuh noda jalanan
Kekurangan jadi unggulan
penarik hati yang berhati.
Pakaian lusuh bercampur kumuh
cabik berbau
tak dapat dimengerti
pembawa nasib atau tahtik
maksa mencari hati yang berhati.
Wajah memelas.
Tangan gemetar tengadah
Senyum ditekuk.
Sekedar mengharap receh
dari hati yang berhati.
Walau Rendah derajat
punya kewajiban perut.
Walau rendah martabat
punya keinginan hidup.
Ini aku.
Mereka sebut sampah masyarakat.
Ini aku.
Mereka usir,kasari.
Ini aku.
hanya sekedar membela jeritan perut.
Ini aku.
Mempertahan kan hidup
mengharap hati yang berhati.
Terpancar cahaya dari telinga kasih
terangi jiwa yang mengembara.
Damai di pangkuanmu
ketika terlelah melawan targis dunia.
Ibu.
Baris kata
Pituah.
Pembimbing jiwa.
Penyelamat badan arungi samudra kehidupan
Ibu.
Bermuara lelah setiap sendi
terukir juang di legam kulit.
Kadang kau ubah tenagamu menjadi sosok pria
demi sebuah hati.
Namun senyuman selalu di mataku.
Ditelapak kakimu.
Kadang kianatku membalas neraka di hatimu.
Ma'af selalu bermuara tanpa pinta.
Melebur keringat siang dinda
membasahi kulit lembutmu
tetap terus berjalan tanpa denda
peduli itu rasa pada kehidupanmu
Meresap udara berdebu paru-paru dinda
tak dihiraukan segala para pecundang
keluarga penting memberi hidup bunda
kian hari kian aku tau dirimu tenang
Panas.Hanya desah keringatmu
Debu.Nafas kehidupanmu
Berdiri menanti pemilik titipan
tak pernah bosan menanti menjaga
tak sebanding aku merasakan upahmu
hilang titipan habis segala upah
Berbaju kuning ujung toko
cerita itu terus ada untukmu dinda
Hari itu
Pagi kelam dingin perpisahan
derai hujan bersuara pilu
salam berat melepas tepian
basah air mata titian mendayu.
Hari itu.
Berkicau nyanyian murai
menembus jantung ranah.
Melapas Gonjong Rumah Gadang
hati meratap anak laki pergi
Hari itu.
Tapian merayu tetesan mulai kenangan
Surao kelam ambun permainan
kian jauh langkah kaki berat
kaku hati merantau titan adat
Hari itu.
Saluang menyibak rantau
Sarunai jiwa berkecambuk.
Bundo memeluk laki haru
Harapan air mata bundo,
memberi petunjuk.
Lepas aku.
Tangis aku.
Merantau aku.
Hari ini.
Di rantauku menatap hujan.
Di situ aku menangis rindu
Titian kata bernaung kucoba untuk memahami
segelintir suara selalu pahami diri
begitu sepi
begitu menanti.
Tersiar hati rembulan kenangan indah
bersama pemandu cerita menyentuh
meresap duka
membuka mata
Sekeliling mata senyum terbawa
terbawa pemberani berdakwa
melayang jiwa
melayang tawa.
Sepucuk surat titian kata
untuk rantau kini terbaca.
Uda...!!!.
Kata ibu bahasa asli
menyentuh gendang telinga rindu diri
jauh menyuruh ingin pulang asal negeri.
Adiak...!!!
Kata ibu bahasa asli
keluar berat menyadari
sabar balas akan pulang nanti.
Menari umpama untuk rindu
rantau jauh hati terasa menunggu
menunggu hari izin bersama kekasih dirindu.
Mata jauh memandang
menembus atap rumah tua
gelap sunyi.
Sayup terdengar suara telinga
membawa sinyal lapor otak
memahami berkerja pikiran mengenali
tangisan itu otak berbicara.
Mata mencoba membuka lihat
tangisan siapa itu ?.
Terlalu silau terasa tak nampak
anak kecil itu mulai fokus mata
Anak siapa ?.Itu aku.
Kamar apa ini ?.Berserakan
kaca pecah bertaburan
tempat tidur porak poranda
lemari bekas hantaman hancur
tangan darah terasa pekat mata terlihat
mata sekeliling tergambar ruang bertuba.
Darah luka anak.
Darah air matak Anak.
Tubuh lebam anak.
Sisa siksa baru,membekas
Itukah Aku ?.Iya.
Pedih mata sakit tak tahan pandang
gelap mulai gelap takterlihat
kembali semua keruangan
ruangan lain tempat kini
terjaga basah peluh badan.
Mimpi atau itu aku dulu?.Aku gelisah.
Gelisah pilu untuk mimpi nyata aku dulu.
Pekanbaru 19072011
menempel jauh kulit pejalan siang
tak terhiraukan sudah
biasa bagi anak tak tenang.
Koran tangan peluh untuk makan
berdiri tegar samping berhala pengatur.
Merah :
Harapan membuka untuk hidup
mendekat kaca pembawa pembeli
berlagak bersuara
"Koran..koran...koran...!!!".
Kuning :
Harapan mulai untuk pergi
kaki melangkah untuk akhir berlagak
suara tetap untuk bersuara hati.
Hijau :
Kini kembali pada berhala pengatur
melihat segala harus bermacam kehidupan.
Harapan terus menunggu perintah berhala pengatur
untuk sedikit kehidupan berlanjut.
Melebur pemberian dingin malam
membawa setiap rintik air
aku menyatu jauh bersama malam
terbang melayang menuju tanah pesiar.
Aku selalu lemah dingin
kelakian tergoda perayu kenikmatan
dosa penghibur perbuatan
rintihan kucoba untuk melawan.
Habis segala mantra terucap
hilang akal pangkuan khyalan
aku berubah lesu mengecup
aroma bini jauh seberang penantian.
Belaian meraba sensitif tubuh
membuka aura kenikmatan sesaat
tangisan bertahan jenuh
coba menjauh kelakuan sesat.
Perang batin ini di rasa
kesunyian malam aku tersiksa
keyakinan agama coba bertahan
Akhir aku serahkan ini Pada Nya.
Pekanbaru 19072011
Silih berganti kata datang menjawab
mata mencerna layar kecil.
Otak berkerja memberi tau,tangan bergerak,
ganti berganti huruf di injak ujung jari.
Menanti dan menanti itu harap kiriman masuk.
Tak tentu pembawa kata tersesat
alasan melapor penuh jalan
termenung sesaat jari tak bergerak
balasan hanya ucap rindu.
Pagi
"Dah sarapan..?.
Dah jangan lupa sarapan"
Siang
"Dah makan siang..?
Dah jangan telat makan siang".
Sore
"Dah mandi..?
Dah mandi dulu".
Malam datang kata meninggi
membuka segala rasa
berandai jauh jasad dekat khayalan
pujian menjadi tiap kata.
"Aku rindu kamu..!!!"
Kantuk datang kata di tutup.
Tutup menutup mimpi bertemu
"Met tidur !
Mimipi indah,mimpi aku".
Akhir kata
"Aku cinta kamu"
Pekanbaru