Derap langkah dalam kepulangan di setiap getar hati,
berdebu di kulit kusap berdaki penu lukisan hidup,
melepaskan lelah pada ujung waktu yang berjalan.
Ruang empat kali tiga semuanya mengambang dalam bayang,
mengambang menuju rumah reot tepi sungai kotor,
sekotor pembuangan para keserakahan diri sendiri.
Pembuangan di tepi sungai karna ke tidak adilan.Penipuan.
Ayah dan ibu berdaki pulang dari pertarungan,
pertarungan untuk selalu bertahan hidup.
Mata merah berair mata mulai membasahi pipi kusam berdua,
melihat tangisan buah cinta di persatukan perkawinan,
di atas tikar tua usang sisa para tak berguna.
Itukah kehidupan sebenarnya terlihat di mata lelah itu,
merah mengambang kembali ke ruang empat kali tiga.
Sama seperti itu kehidupan yang di rasa.Takdirkah itu...??.
Bukan...!!!,tapi tak keadilan.
Suara terdengar remang di teliga yang mengambang
suara itu berkata;
0 komentar