Tertawa bicrara bersama di jalanan melepas lelah yang di rasa,
di bawah germelap lampu ibu kota jalanan.
Kita bergandeng tangan membawa gitar tua dari pemberian
bernyanyi untuk memcari sesuap nasi di warung malam.
Itu selalu menjadi kubertahan bersamamu di saat itu.
Senyummu.
Tawamu.
Suaramu.
Semangat hidupku di jalanan.
Malam itu di rumah tua kos kita sewa bersama,
di saat duduk di bangku tua reot
kau pernah bercerita tentang harapanmu.
Berat suaramu mulai mengatakananya.
"Aku bila mati nanti,...seandaiku di hidupkan kembali,
aku ingin menjadi jangkrik malam....Selalu bernyanyi di malam hari".
Hatiku terbakar saat kau mengatakan itu.
Aku jiwa merasa begitu merasa kehilanganmu.
Malam itu malam yang membuat ku ingin selalu bersamamu
sampai kau memejamkan mata.
Hari itu malam itu
kumerasa dunia ini runtuh menimpaku
saatku lihat dirimu terbaring berdarah di aspal jalanan
lemah semangatku saat kau kupeluk erat di jalanan itu
tapi suaramu mengejutkanku.
"Ini udah waktuku untuk pergi,jangan menangis saudaraku
jangan cengeng gitu saudaraku,
ini takdir kau dan aku untuk berpisah,berpisah untuk bersama selamanya
dimana kau dengar jangkrik bernyanyi itulah aku yang bernyanyi".
Itu yang masihku rasakan malam ini
sendiri di jalanan tempat kita mencari sesuap nasi.
Malam ini.
Jalan ini.
Kumelihat kau bernyanyi di ujung bus kota itu.
walauku tau itu bukan kau
Tapi.
Aku banga padamu,
sahabat malamku di jalanan
Senin, 07 Februari 2011 22:27
0 komentar