Untuk kawan ku :
Ku tulis sepucuk surat ini untuk mu,di malam tak pernah ku nikamati mimipi.
Segala ke gelisahan ku,selalu mengalahkan kantuk pintu mimipi.
Hari ini,di malam ini.Ku ingin bercerita pada mu.Tentang impian ku,ingin menjadi kuda putih yang selalu berlari kehidupan ini.Seperti kuda putih dulu yang ku kenal dari sebuah buku yang kau pinjam kan dulu.
Kuda putih itu yang membuat ku selalu kuat berjuang kehidupan sekarang yang ku jalani.Kuda putih yang melompati pagar berduri pembatas kota.Walau luka berdarah mengoyak kulit perutnya di iris pagar berduri,si kuda terus berlari kencang tampa peduli luka darah mengangga,suara ringkan nya memecah segala jiwa terasing."Aku ingin hidup seribu tahun lamanya".
"Aku ingin hidup seribu tahun".Itu kata yang selalu ku ukir di hati yang mulai pudar warna,menjadi tenaga yang selalu ku yakin untuk hidup."Hidup untuk Hidup".
"Hidup seribu tahun,tak mungkin itu?".Selalu berkata keraguan hati jiwa ku kawan.N'tah kenapa virus itu selalu menyerang ku?".Namun sewaktu aku terserang virus yang hampir mematikan kiwa ku,kuda putih itu datang di pandangan ku.
Di jalanan...
Di mata anak jalanan...
Di pasar-pasar...
Di mata pedagang...
Di emperan...
Di para pengemis...
Di bawah jembatan...
Di mata pengulung...
Di pelabuhan...
Di mata buruh...
Di rumah kumuh...
Kuda putih selalu hadir di situ,yang selalu bersuara untuk selalu berjuang hidup.Itu yang membuat segala virus yang mematikan di obati suara tegar kuda putih.
Kawan ku :
Di malam penuh pikiran yang selalu merogoti otak ku,aku mendapati sedikit celah dari makna kata."Aku ingin hidup seribu taun".Di celah kecil itu segala ku pahami,tentang :"Aku ingin hidup seribu tahun lagi".Ya itu tulisan yang hidup seribu tahun atau mungkin sampai ujung waktu bumi ini,walau raga jasad terkubur di tanah merah.
Kawan ku :
Aku sadar dan tau diri dengan kekurangan tulisan yang selalu ku tulis.Ke kurangan kita yang tak pernah duduk di dalam kelas yang mengajari kita tentang tulisan.
Awam itu gelar yang ku dapati dari alam ini,bukan sarjana atau profesor yang ku dapati.Aku tetap bersyukur kawan.Alam jadi guru ku untuk menulis.Ya,seperti kuda putih yang hidup di setiap lorong kota.
Satu pesan yang ku dapati dari kuda putih itu kawan :
"Tulislah apa yang ingin kau tulis.
Tulislah dengan ke awaman mu.
Itu kejujuran mu.
Jangan takut suara yang lain itu.
Itu hanya suara pengoda untuk kita di jatuhkan.
Jalan terus dan yakin kita bisa mengapai impian".
Kawan itu sedikit cerita tentang ku dan tentang kuda putih.Aku meminta ma'af sebesar-besarnya atas tulisan ku ini,yang membuat mu munkin kurang enak n kurang bagus.Ini lah tulisan dari tangan awam.
Sekian dan terimaksih
Dari sahabat mu
Penulis awam pejalan malam.
Senin, 20 Juni 2011 17:58 Pekanbaru
0 komentar