Abak..
Di depan kuburan mu yang tak berbatu
aku mulai meraba tanah merah penimbun jasadmu
meminta pada_Nya,jauh azap kubur
lapang tempat mayatmu terbujur
di sisi_Nya tempatmu
suara hati dari anak rantaumu pulang.
Abak...
banyak kisah rantau yang selalu ku simpan untukmu
nasehatmu yang membuatku tegar diperantauan
bersama kerasnya didikan mu selama di sampingku
itu yang membuatku bertahan
kini kusadari,kekerasanmu kekuatanku
Abak...
pertamaku injak tanah asalku
pembaringan mu yang pertama ku tuju
walau hanya pembaringanmu
itu niatku dari rantau
bersama kenanganmu disaat Rumah Gadang itu
Abak...
Rumah Gadang itu kini lenyap di makan waktu
jenjang itu...
anjungan itu...
kini hanya berganti rumput ilalang
disitu hati ku teriba dalam jiwaku
walauku tau itu hanya kenagan
Abak...
ku ingat saat diri mu memberiku nasehat di Rumah Gadang
bawah Rumah Gadang ini rumah pemembri nasehat
tempat berkumpul segala keluarga
kini hanya ditempat kan semak belukar
dimana rumah itu...?
apa di ganti...?
diganti rumah asing yang tak tentu seninya
Abak...
di tanah merahmu ini
semua kenagan itu terkubur membisu
bersama hilangnya adat budaya kita
Abak...
lihat senimu yang kau bawa ke perantauan dulu
kini mulai pupus dan sediki demi sedikit di makan ke moderen
Randai....
kini tinggal berandai
apakah ini akhir itu...??
semua padar bersama keangkuhan penerus
abak...
kumerindu pada pantun
persambahan...
tarian...
saluang...
talempong...
pupuik...
tepukan...
bunyi sarawa gadang mu...
silat tua itu...
itu yang membuat ku gelisa
Abak...
di hatiku,bersama pusaka yang kau tinggalkan
pupuik itu...
di tanganku,kan ku jaga bersama adat budaya yang kau titipkan
walauku tau berat membangkitkan batang terendam itu
tapiku yakin..
diluar sana,masih ada penerus adat budaya seni kita
yang berjuang untuk membangkitkan batang terendam
Abak...
ditanah merah ini..
di asalku ini...
dibekas Rumah Gadang ini...
dipupuik ini...
akan ku jaga...
untuk penerus darahku di ujung waktu
temakasih untukmu abak
do'a kuselalu untukmu
Selasa, 15 Februari 2011 22:02
0 komentar