Kembali kenangan jalanan.Gembel.
Terasa kehidupan tanpa apa peduli,
keganasan tertawa sipu di sudut pikiran.
Nota keibuan merindu di saat itu,
kehilangan terasa jauh dari keluarga.
Celana pendek,kumal hitam berdebu
terbaring di rumah Suci.Tangis pilu.
Merasa hampa di atas tinggi langit,
meraba tepian kain sungguh pedih,
tak diacuhkan kenangan itu diam.
Angkot berbaris berebut penumpang,
selalu di situ berat mencari dua ribu rupiah,
untuk makan malam ubi persimpangan kota.
Lima ratus satu pagi sarapan.
Lima ratus satu untuk makan siang.
Lima ratus satu untuk makan malam.
Lima ratus satu air mineral.
Tiga nyawa malam di situ terbaring,
di belakang rumah Suci.
Nyamuk bersuka ria,pesta darah gembel,
tak tau itu darah ubi kayu,
sama tau itu untuk hidup yang ingin hidup.
Kini terasa bermacam makna di dapat,
untuk hati,jiwa,tau arti hidup dan merasakan tingginya langit.
Berbenah kini di tempat,
di mulai kini di tempat.
Merancang kini di tempat,
untuk kedepan di tempat.
Ya,,.Di pasar ini.
Berharga di jalani di tahun yang silam
itu harus di syukuri di baca
Ya...!!!.
merasakan betapa tingginya langit saat itu.
Minggu, 22 Mei 2011 19:59
0 komentar